Sejarah Desa Karangsong

  • SEJARAH DESA KARANGSONG
Karangsong adalah nama sebuah desa pecantilan, yang pada waktu itu masyarakat mengenalnya dengan nama karang kosong. Tempat kepemerintahannya berada di Desa pabean udik. Tetapi walaupun Karangsong hanya sebuah pecantilan, namanya lebih dikenal masyarakat luas dibandingkan dengan nama Pabean udik yang menjadi desanya.
Karangsong mulanya adalah nama pedukuhan yang ada dalam wilayah Desa Pabean udik (kini tetangga Desa Tambak). Pedukuhan Karangsong  dikenal sebagai kampung Nelayan pengarajin kapal sejak hadirnya banyak warga yang pandai bikin kapal nelayan.

Desa Karangsong Kecamatan Indramayu merupakan desa yang Menurut cerita para sesepuh dahulu adalah Desa Pabean udik yang mempunyai wilayah sangat luas termasuk wilayah Desa Brondong dan Desa Karangsong, dan pada tahun 1980 an pemerintah Desa Pabean Udik melakukkan pemekaran sebagaimana permohonan masyarakat untuk menjadi tiga desa, dan pada saat itu juga pemerintahan Desa Pabean Udik beserta tokoh masyarakat bersama Instansi tingkat Kecamatan dan Pemerintah Kabupaten telah sepakat untuk pemekaran wilayah Desa Pabean Udik menjadi tiga wilayah pemerintahan seperti Desa Brondong dan Desa Karangsong.

Adapun asal mula nama Karangsong menurut sesepuh dahulu pada saat itu Desa Karangsong terletak didekat pesisir pantai yang mana alam telah menimbulkan tanah sejauh 1 sampai 2 Km, dan pada saat itu juga sesepuh dahulu bersama tokoh masyarakat sepakat untuk menamakan Desa Pemekaran menjadi Desa Karangsong, yang berarti Karang itu tanah song itu tidak berpenghuni atau lebih jelasnya tanah alam yang belum berpenghuni.

Nama karangsong sendiri, konon disematkan karena tempat ini seolah menjadi lahan kosong atau luas wilayahnya yang tidak ada penghuninya. Sehingga sampai saat ini ada keyakinan sebagian masyarakat desa, bahwa lahan kosong itu sangat bermanfaat untuk perekonomian.

Menurut legenda lain, nama Karangsong tersemat karena tempat ini menjadi arena pendangkalan lahan air laut yang pasang surut sehingga manambah perluasan wilayah lahan desa, sehingga banyak masyarakat yang bertempat tinggal di karangsong ini karena tempatnya dekat bibir pantai yang subur. Dari lagenda ini jelas menyimpulkan bahwa karangsong ini desa yang luas wilyahnya ditemukan dari pendangkalan pantai laut utara yang kini menjadi desa yang dikenal desa karangsong
  • TEMPAT PELELANGAN IKAN KARANGSONG
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan unit unggulan dari setiap koperasi maupun badan usaha yang dimiliki nelayan. Dari sini, ikan yang baru diturunkan dari kapal, akan didistribusikan ke pasar-pasar ikan.
TPI Karangsong, yang saat ini dikoordinasi oleh Rusmadi, menjadi TPI terbesar di Kabupaten Indramayu. Transaksi TPI setiap harinya mencapai ratusan juta per hari. Dengan transaksi tersebut, TPI ini menyumbang APBD Indramayu senilai milyaran setiap tahunnya.

TPI yang terletak di ujung jalan Pantai Song ini terbuka bagi siapapun yang berminat untuk mendistribusikan ikan. Bakul merupakan istilah yang umum dipakai di Indramayu untuk para penjual dan distributor ikan hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di TPI ini. Setiap bakul harus terdaftar secara resmi di KPL Mina Sumitra lewat TPI Karangsong. Setelah terdaftar, para bakul tersebut bisa mengikuti prosedur lelang ikan yang dikoordinir oleh petugas lelang.

Hasil dari lelang tersebut, oleh bakul diditribusikan ke pasar-pasar ikan dan sentra-sentra penjualan ikan di wilayah Indramayu, Bandung serta Jakarta.

Dari sini juga, para nelayan mendapatkan keuntungan untuk mengoperasikan kembali kapal-kapal untuk melaut kembali.
  • HUTAN MANGROVE PANTAI KARANGSONG
Secara geografis Hutan Mangrove Karangsong terletak di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat dan secara geografis terletak pada -6° 18' 6.17"     108° 22' 16.42" , Hutan mangrove ini memiliki luas sekitar 50 ha.

Hutan Mangrove Karangsong mulai dirawat semenjak tahun 2008 dan berbenah menjadi ekowisata melalui progam CSR Pertamina RU VI Balongan yang dimulai dari tahun 2010 hingga 2014 serta dikelola oleh masyarakat lokal melalui kelompok Tani Lestari.  Lokasi ini telah dicanangkan sebagai mangrove center untuk wilayah Barat Indonesia oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya ketika membuka kegiatan Karangsong Mangrove Festival, Minggu (14/6/2015) di pantai Karangsong Indramayu Cirebon.

Perkembangan mangrove disini sangat pesat, dari progam CSR Pertamina pada tahun 2010 telah dilakukan penanaman 5000 bibit mangrove, tahun 2012 penanaman 10.000 bibit mangrove, dan untuk tahun 2015 penanaman 1000 bibit diantaranya (600 bibit mangove, 400 bibit diantaranya cemara, ketapang, dan widuri laut), diperkirakan sekarang sudah ada lebih dari 50 ribu mangrove di kawasan ini dengan bibit yang tumbuh dengan sendirinya.

Selain dijadikan pelestarian lingkungan, mangrove di Karangsong juga sudah dijadikan sebagai ekowisata dan kini sudah ada keuntungan secara ekonomis bagi warga sekitarnya. pengunjung dapat menikmati kelestarian ekosistem mangrove di kawasan ini dengan mangrove sejati yaitu bakau dan api-api.
  • PEMBUATAN KAPAL NELAYAN KARANGSONG
Di tepi jalan raya Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, terdapat galangan kapal dan tempat pembuatan perahu nelayan. Di bantaran Sungai Praja Gumiwang, kapal-kapal kayu buatan Karangsong umumnya berukuran di atas 30 grosston.

Di atas tanah, kapal 30 GT seukuran rumah tipe 45. Tingginya melampui atap rumah, panjang lunas 18 meter. Para tukang kayu menggarap kapal di tepi jalan raya, berdampingan dengan warung-warung makan. Di sejumlah tempat, kayu-kayu panjang dan lurus tergeletak di pinggir jalan. Kayu panjang nan lurus itu bakal menjadi lunas kapal. Puluhan lembar papan kayu setebal tiga jari berjajar-jajar.

Tak mengherankan, saat melintasi jalan desa, industri kapal kayu Karangsong meninggalkan kesan dan pertanyaan bagi siapa pun. Mobil dan sepeda motor nampak mungil dibandingkan kapal-kapal megah itu. Beberapa kapal yang sudah selesai mengapung ringan di Sungai Praja Gumiwang.

Bahan baku kapal didatangkan dari Surabaya, Jawa Timur. Dulu kapal terbuat dari kayu jati mutu tinggi. Kini, saat kayu jati makin sulit, para pembuat kapal memakai kayu merbau.

 Kayu-kayu dari Papua itu diperoleh dari pelabuhan Surabaya. Biasanya tukang dan pemesan kapal akan datang ke kota pahlawan itu, dan membeli kayu sesuai kebutuhan. Dari Surabaya, kayu-kayu diangkut dengan truk trailer. Perjalanan ke Karangsong ditempuh selama lima hari.

Untuk ukuran kapal 30 GT biasanya dipasangi penggerak dari mesin truk Fuso. “Yang kapal 100 GT menggunakan mesin 10 silinder. Saya juga tidak tahu mesin apa yang dipakai untuk kapal sebesar itu,” jelas Ali Sodikin, ketua Pantai Lestari. Kebetulan Ali menggeluti bisnis penangkapan ikan dengan tiga unit kapal.

Untuk pembuatan kapal 50 GT, pemesan harus menyediakan biaya Rp 3,5 – Rp4 miliar per unit. “Itu harga kapal yang langsung bisa jalan,” lanjutnya. Dia coba memerinci kebutuhan dan biaya pembuatan kapal.

“Kapal ukuran 30-50 GT membutuhkan kayu 60-70 kubik, sedangkan yang 50-60 GT perlu 80 kubik. Kayu merbau seharga Rp 8 - Rp9 juta per kubik. Itu sudah kelihatan berapa biayanya.

0 Response to "Sejarah Desa Karangsong"

Post a Comment